Minggu, 30 Januari 2011

Bedah Buku Ala Komunitas Forum Bedah Buku Suroboyo




Teman-teman dari Komunitas Forum Bedah Buku Suroboyo setiap minggu ke-4 melaksanakan kegiatan membedah buku di Perpustakaan Umum Kota Surabaya, pada awal terbentuknya komunitas ini peserta yang aktif baru lima orang yang terdiri dari teman-teman LSM yang bergerak di bidang pendidikan dan penulis.
Komunitas Forum Bedah Buku Suroboyo mulai bergabung di Perpustakaan Umum Kota Surabaya sejak Desember 2010 dengan kegitan membedah novel berjudul Dewa Ruci  dari penulis Haes yang merupakan sosok penulis dengan idealisme menulis sangat tinggi.

Penulis Dewa Ruci ini sangat mencintai cerita pewayangan karena dari kecil sudah dibiasakan mencintai tokoh pewayangan, hingga saat dewasa penulis ini berusaha mengenalkan tokoh-tokoh pewayangan dengan tujuan para generasi penerus menjadi gemar membaca cerita pewayangan dalam kemasan yang berbeda, karena membaca tokoh pewayangan bagi generasi muda sekarang akan terasa berat kalau tidak dikemas secara ringan. Berawal dari itulah Haes berusaha menciptakan buku pewayangan dengan kemasan yang berbeda dan mudah dimengerti. Terobosan-terobosan yang dilakukan oleh penulis Haes menimbulkan simpati yang mendalam karena ternyata masih ada saja orang muda yang perduli dengan keragaman bangsanya.

Forum Bedah Buku Suroboyo ini buku-buku yang dibedah awalnya adalah buku indie, jadi para penulis yang berkecimpung didalamnya menulis karena idealisme yang tinggi bukan semata mencari keuntungan tetapi lebih kepada memberi manfaat mengenai isi buku yang ditulisnya kepada orang banyak.

Forum Bedah Buku Suroboyo ini para penerbit juga mengambil peranan dalam mendorong penulis untuk lebih berkreatif dan juga harus ada niat untuk membuat sebuah buku yang dapat dinikmati oleh para penikmat buku, tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang.

Banyak orang menulis awalnya karena idealisme tetapi karena tuntutan masyarakat akhirnya buku tersebut diterbitkan, seperti Raditya Dika yang tadinya penulis blogger karena tulisannya sangat konyol dan membuat teman-temannya selalu menantikan isi blogger dari Raditya Dika maka akhirnya oleh penerbit dijadikan sebuah buku. Selain itu, penerbit yang bergabung dalam Forum Bedah Buku Suroboyo berusaha  mendorong penulis untuk berkreasi dan mengemas buku secara menawan.

Pertemuan ke-2 pada 30 Januari 2011 jumlah peserta Forum Bedah Buku Suroboyo meningkat tiga kali lipat, peningkatan ini cukup signifikan karena penikmat bedah buku adalah orang-orang yang suka membaca dan suka berkumpul dengan gaya lesehan. Perpustakaan Umum Kota Surabaya mencoba memfasilitasi dengan menyediakan ruangan yang nyaman. Pada pertemuan kedua ini buku karangan Noviyanto Adji sosok penulis yang juga wartawan dari media Rek Ayo Rek (Merdeka Group. red) mencoba menceritakan perjalanan spritualnya keberbagai tempat, hingga menemukan Sang Khalik.

Membedah buku karya Noviyanto Adji seperti melihat sang penulis berjalan ke arah spiritual, sang penulis yang mempunyai hobi travelling dan mendaki gunung, menemukan berbagai hal yang membuat keimanan dan ketakwaannya bertambah, karena itulah judul buku tersebut “Tuhan di bawah kedua telapak kakiku”.

Perjalanan penulis ke berbagai tempat membuatnya semakin yakin bahwa Sang Khalik memang ada dan harus diimbangi dengan ketakwaan. Disini penulis mencoba bersikap apa adanya sesuai dengan kesederhanaan penulis. Perjalanan ini telah memberi ruang pemahaman bagi sang tokoh tentang satu makna yang tak diperkirakan sebelumnya. Dirinya sadar ternyata menjadi manusia itu tidak gampang. karena hanya cukup menjadi manusi……tanpa huruf ‘A besar’ sebab huruf “A besar “ adalah milik Allah s.w.t. Selain itu, di dalam novel ini ada roman percintaan  dikemas dengan bahasa yang  halus hingga pembaca tidak mengetahui bahwa didalamnya ada kisah percintaan.

Masukan untuk buku “Tuhan di bawah kedua telapak kakiku” dari penerbit, penulis lain, tokoh LSM untuk penulis yang bisa dicatat adalah layak untuk di konsumsi masyarakat, hanya kemasan dan komentar-komentar dari para sahabat harus orang-orang yang dikenal.

Kegiatan Bedah buku yang diadakan setiap Minggu membuat Perpustakaan Umum Kota Surabaya menjadi lebih hidup, karena tidak hanya membedah saja yang didapat, relasi yang bertambah, sumbangan buku dari penulis atau penerbit ini merupakan kebahagiaan yang tiada tara. Seperti diketahui mengenai Perda no 5 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Perpustakaan Pasal 4 yang berbunyi “(1) Setiap penerbit di daerah yang menghasilkan karya cetak wajib menyerahkan karya cetaknya sebanyak 1 (satu) buku setiap judul kepada perpustakaan daerah  dan (2) Tata cara penyerahan karya cetak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),di atur lebih lanjut dengan peraturan Kepala Daerah.”

Pembaca jangan lewatkan acara bedah buku di Perpustakaan Umum Kota Surabaya, adapun infomasinya dapat di lihat di facebook (perpustakaanumumkotasurabaya@gmail), twitter (Surabaya Library) dan blog ( http://surabayapubliclibrary.blogspot.com)

Salam Hangat dari Perpustakaan Umum Kota Surabaya

1 komentar:

  1. Alhamdulillah, saya sebagai anggota perpus yang baru sangat ingin mencoba menghadiri komunitas bedah buku. Sepertinya sangat menarik.

    BalasHapus

TOTAL PENGUNJUNG